Penekanan pembangunan
sektor perikanan selama ini lebih bersifat eksploitasi sumber daya sehingga
mengakibatkan penurunan kualitas ekosistem lingkungan dan tidak memperhatikan
kualitas produksi dan nilai tambah ekonomis yang dapat diperoleh dari sektor
tersebut. Seperti diketahui bahwa keberadaan industri perikanan memberikan
dampak positif untuk perkembangan ekonomi daerah dan nelayan wilayah pesisir,
namun disisi lain menimbulkan dampak permasalahan terhadap lingkungan akibat
limbah yang dihasilkannya, dimana pencemaran yang terjadi berakibat
terhadap berkurangnya ikan yang bisa ditangkap dan menurunnya kualitas
lingkungan serta kesehatan masyarakat. Hal ini bisa terjadi dikarenakan
Permasalahan lainnya adalah semaraknya fenomena masalah sosial,
pelanggaran tata ruang, penegakan hukum, kurangnya kesadaran masyarakat
dan pelaku usaha terhadap peraturan perundangan lingkungan yang berlaku serta
keterbatasan sarana dan prasarana. Kurangnya komitmen terhadap penanganan
masalah lingkungan di kawasan industri perikanan antara pusat daerah yang
melibatkan pula pengusaha, peneliti LSM, perguruan tinggi serta masyarakat. Atas
dasar tersebut perlu ada penataan dan pelaksanaan program pengendalian
pencemaran lingkungan di kawasan industri perikanan berdasarkan
perencanaan dan pelaksanaan program secara terpadu dan berkelanjutan serta
ditunjang dengan bahan kajian baik dari tata ruang, sosial serta ekosistem
termasuk daya dukung pelestarian sumber daya alam ikan menuju terwujudnya
industri perikanan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Polusi di
Perairan Budidaya
Usaha mencukupi kebutuhan produksi
ikan dunia secara langsung berdampak pada meningkatnya usaha budidaya ikan
intensif yang berciri tingginya tingkat kepadatan ikan dan pemberian pakan
buatan. Kedua hal ini mengakibatkan adanya sisa pakan yang tidak termakan dan
buangan feses ikan peliharaan dimana bahan-bahan sisa pakan dan feces ini
dimanfaatkan oleh plankton dan akibatnya pertumbuhan alga meningkat (blooming
plankton). Dalam proses pertumbuhannya, plankton ini membutuhkan oksigen
(asimilasi) dan plankton yang melimpah ini menguras ketersediaan oksigen di
perairan. Oksigen sangat diperlukan oleh bakteri untuk dapat menguraikan
buangan sisa pakan dan nitrogen menjadi senyawa yang bermanfaat. Namun pada
kondisi oksigen yang terbatas, bakteri pengurai akan menghasilkan senyawa
pengurai seperti amonia dan nitrit yang bersifat racun buat ikan dan udang.
Udang yang hidup didasar perairan akan secara langsung merasakan akibat kondisi
ini dimana dasar perairan sudah menjadi “lahan beracun” dan mengakibatkan
kematian massal udang. Hal inilah yang mengakibatkan tragedi hancurnya usaha
budidaya udang di pesisir pantai utara jawa dan beberapa areal tambak di sulawesi
selatan. Ikan-ikan budidaya jaring apung sedikit lebih “aman” dari pengaruh
langsung “self polution” karena posisinya di bagian kolom air dekat permukaan.
Namun perlahan tapi pasti ikan peliharaan di karamba jaring apung akan
mengalami pula kematian masal. Pada area perairan yang kurang mengalir seperti
danau atau teluk, dimana kebanyakan aktivitas budidaya ikan dilakukan, sering
terjadi proses pemindahan masa air yang disebut up-welling. Umumnya proses
up-welling terjadi di musim penghujan. Hujan yang turun mengakibatkan massa air
permukaan menjadi lebih berat. Massa air yang berat ini akan turun ke dasar
perairan bergerak menggeser massa air didasar perairan yang ringan (akibat
perbedaan suhu). Massa air dasar ini akan bergerak ke atas bersama senyawa-senyawa
beracun dasar perairan dan menuju ke permukaan dan langsung meracuni ikan-ikan
peliharaan yang berada di kolom air dekat permukaan. Kondisi inilah yang
mengakibatkan salah satunya adalah kematian massal ikan tiap tahun terjadi di
karamba jaring apung waduk Cirata dan Saguling. Selain self polution (sisa
pakan dan feses ikan budidaya), meningkatknya polusi di area ini diperparah
oleh adanya buangan limbah pabrik tekstil disekitar waduk dan tidak ketinggalan
pula buangan limbah rumah tangga yang memang penduduknya sudah terlalu padat
tinggal di sekitar kedua waduk tersebut.
Beberapa
Solusi dan Pendekatan
Kekhawatiran yang mendalam akan
hancurnya lingkungan perairan budidaya yang secara langsung mengakibatkan
menurunnya produksi perikanan dunia maka sudah sepatutnya para ahli dan
pemegang kebijakan perikanan untuk berusaha semaksimal mungkin mencari solusi
pemecahannya.Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk menuju usaha
budidaya yang berkelanjutan. 1) memperluas usaha budidaya ikan non karnivora 2)
mengurangi penggunaan tepung ikan dan minyak ikan dalam pakan dengan mencari
sumber-sumber protein dan minyak selain ikan 3) Usaha Mengurangi buangan limbah
ke perairan melalui pengadaan pakan dan ikan ramah lingkungan :
1.
Menggalakkan usaha budidaya ikan non-karnivora
Jenis ikan herbivora yang
dibudidayakan mendominasi dari sekitar 19Mt produksi ikan budidaya dunia. Ikan
mas dan kerang-kerangan laut menghasilkan lebih dari 75% produksi budidaya ikan
dunia terkini, dan jenis tilapia, bandeng dan jenis ikan lele hanya menyumbang
sekitar 5%. Akan tetapi kekuatan pasar dan kebijakan pemerintah pada banyak
negara mengutamakan produksi jenis ikan karnivora, seperti udang dan kakap.
Secara menyeluruh, jenis ikan ini hanya mewakili 5 % ikan budidaya dalam
produksinya, tetapi nilai jualnya hampir mendekati 20% pendapatan. Selanjutnya
penggunaan tepung ikan dan minyak ikan pada budidaya ikan mas dan tilapia
meningkat khususnya pada negara-negara Asia dimana diterapkan sistem budidaya
intesif yang mengakibatkan meningkatnya penggunaan lahan dan sumberdaya air.
Meningkatnya budidaya ikan mas dan tilapia di Asia, secara nyata menambah
pemakaian tepung ikan dan minyak ikan dalam pakan dan memberikan tekanan pada
perikanan tangkap.Pada akhirnya akan meningkatkan harga pakan dan membahayakan
ekosistem laut. Oleh karena itu diperlukan inisiatif dari pemerintah untuk
menekankan pada petani ikan dan nelayan untuk membudidayakan ikan jenis
herbivora. Pada saat yang sama lembaga-lembaga penelitian untuk lebih meneliti
dan mengembangkan kebutuhan pakan ikan jenis herbivora dan omnivora untuk
mengurangi pemakaian tepung ikan dan minyak ikan dalam pakan. Juga perlunya
penelitian mengenai penggantian tepung dan minyak ikan untuk digantikan dengan
tepung minyak tumbuhan dalam proporsi yang optimal.
2. Pengurangan
Tepung Ikan dan Minyak Ikan dalam Pakan
Pakan adalah komponen biaya produksi
terbesar dalam budidaya. Sementara itu harga tepung ikan nampaknya akan terus
meningkat dalam beberapa dekade terakhir dibanding sumber protein pengganti
lainnya. Peningkatan harga tepung ikan dan minyak ikan dapat menurunkan
keuntungan bagi banyak perusahaan budidaya. Olehnya itu penelitian untuk
memperbaiki efisiensi pakan telah menjadi prioritas dalam industri budidaya.
Usaha-usaha untuk mengembangkan bahan pengganti tepung ikan sekarang difokuskan
pada komoditi seperti kedelai dan kelapa sawit, protein alternatif, selain
tepung ikan (seperti tepung darah dan tepung tulang), dan protein dari mikroba.
Sumber protein alternatif jauh lebih banyak tersedia di alam dibanding tepung
ikan.Disamping itu yang terpenting adalah protein alternatif ini mengurangi
dampak lingkungan berupa kurangnya buangan fosfor dalam perairan. Meskipun
demikian hal yang masih menjadi tantangan buat ilmuwan adalah kurangnya nutrien
dan adanya kandungan antinutrien yang dikandung oleh bahan ini. Demikian pula
dengan minyak tumbuhan di mana berdasarkan hasil penelitian bahwa bahan-bahan
ini mampu mengganti minyak ikan dalam proporsi tertentu tanpa mempengaruhi
pertumbuhan ikan. Disamping itu ketersediannya di alam sekitar 40 kali lebih
banyak dan harganya lebih murah dibanding minyak ikan. Namun minyak tumbuhan
mengandung asam lemak n-3 rendah yang sangat diperlukan tubuh manusia. Oleh
karena itu diperlukan pengkayaan kandungan n-3 asam lemak dalam pakan yang
sumber lemaknya berasal dari minyak tumbuhan. Salah satu hasil penelitian yang
terkait dengan masalah ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Oo dkk (2005)
dari Laboratorium nutrisi ikan, Tokyo Univ. of Marine Science (TUMSAT)
menyatakan bahwa penggantian minyak ikan sebesar 10 % dengan minyak kelapa
sawit dan sekaligus penggantian tepung ikan sebesar 43% dengan protein
alternatif (selain tepung ikan) tidak mempengaruhi pertumbuhan ikan. Hasil
penelitian ini menengaskan bahwa penggunaan minyak sawit dan sumber protein
alternatif dalam proporsi tertentu dapat menggantikan tepung dan minyak ikan
dalam pembuatan pakan ikan
3. Usaha
Mengurangi limbah lewat Pakan dan Ikan Ramah Lingkungan
Selain berupaya
mengeluarkan kebijakan untuk memelihara spesies ikan herbivora dan mencari
sumber-sumber bahan pakan alternatif selain tepung ikan dan minyak ikan, cara
lain untuk mengatasi masalah ini adalah dengan upaya pemberian pakan dan
pembudidayaan ikan ramah lingkungan. Definisi pakan dan ikan ramah lingkungan
adalah pakan dan ikan dengan tingkat buangan limbah ke lingkungan perairan
paling sedikit. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa buangan limbah ke
perairan budidaya adalah umumnya berasal dari sisa pakan yang tidak termakan
dan feses ikan. Umumnya unsur bungana limbah dari kedua sumber ini adalah
fosfor (untuk pakan) dan nitrogen (untuk feses). Salah satu usaha untuk
mengurangi buangan fosfor pada pakan selain dari mengurangi pemaikaian tepung
ikan dalam pakan juga dengan cara meningkatkan efisiensi fosfor pakan untuk
dimanfaatkan oleh tubuh ikan sehingga dapat mengurangi buangan fosfor pakan ke
lingkungan perairan.
Sosialisasi Perikanan
Ramah Lingkungan dan berkelanjutan
Sosialisasi untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman dan wawasan kepada para pemangku kepentingan
di di daerah dan pelaku usaha perikanan mengenai pengembangan
industri perikanan yang ramah lingkungan. Selain itu, Menyepakati kerjasama dan
meningkatkan komitmen antar instansi terkait dan pelaku usaha dalam
meningkatkan kualitas industri/usaha/kegiatan perikanan menjadi ramah
lingkungan dan berkelanjutan. Mensosialisasikan kebijakan-kebijakan terkait industri/kegiatan/usaha
perikanan, sehingga yang diharapkan dalam kegiatan sosialisasi ini adalah
pemerintah daerah dan pelaku usaha dapat lebih memahami peraturan dan kebijakan
yang berlaku, peduli dan berperan aktif dalam pengelolaan lingkungan di kawasan
industri perikanan. Seluruh penanggungjawab berkomitmen dalam
implementasi program/kegiatan terpadu antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pelaku usaha dalam
implementasi pengelolaan lingkungan di kawasan industri perikanan
menuju terwujudnya industri perikanan yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan.
Sosialisasi antara
lain:
- Pengelolaan lingkungan di industri perikanan harus terus ditingkatkan, sehingga dapat memenuhi ketentuan peraturan perundangan lingkungan yang berlaku menuju terwujudnya industri perikanan yang memiliki kinerja (environmental performance) yang baik dalam pengelolaan lingkungan (PROPER).
- Perlu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman industri perikanan terhadap pentingnya menjaga lingkungan melalui sosialisasi, pelatihan, pembinaan teknis dan jejaring (networking) antar industri perikanan, masyarakat, asosiasi dan perguruan tinggi.
- Perlu upaya bersama antara Kementerian LH dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai instansi pembina untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap industri perikanan sebagai tindak lanjut MoU dengan dukungan dan komitmen pemerintah daerah.Pengembangan sistem insentif dan disinsentif lingkungan bagi industri perikanan
- Mendorong penerapan teknologi bersih dan ramah lingkungan di industri perikanan untuk meningkatkan efesiensi dan produktifitas sektor perikanan, sehingga dapat meningkatkan daya saing menuju terciptanya industri perikanan yang ramah lingkungan, berdaya saing dan berkelanjutan.
- Perlu diselenggarakan pertemuan reguler antara instansi pembina (KLH dan KKP) dengan industri perikanan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali direncanakan pada Bulan Juni di Menado dan Bulan Nopember di Bali untuk meningkatkan komunikasi dan solusi permasalahan aktual terkait dengan pengelolaan lingkungan di industri perikanan.
Referensi :
1. Rosamond L.Naylor,
dkk, 2001. Effects of aquaculture on world fish supplies
2. Aung Naing Oo, dkk,
2005.Combined effects of fish oil and fish meal replacement for rainbow trout
3. Md.Shah Alam
Sarker, 2005. Studies on the development of environment-friendly aquafeeds for
yellow tail and red sea bream
0 komentar :
Posting Komentar